Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 4)

Gambar
Baca pembahasan sebelumnya  Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 3) Daftar Isi   :   1.   Kondisi Kaum Muslimin Saat Ini 2.   Sikap Bertolak Belakang dengan Aqidah Al-wala’ Wal bara’ 3.   Menjadikan Budaya Nenek Moyang Sebagai Alasan 4.   Catatan Kaki Kondisi Kaum Muslimin Saat Ini Realita yang kita temukan pada kaum muslimin saat ini adalah mereka belum memahami  aqidah  al-wala’ wal bara ’    ini. Kita bisa melihat bersama, ketika hak Allah  Ta’ala  yang dilecehkan, dengan tidak menujukan ibadah hanya kepada-Nya saja, kubur wali disembah, kotoran kerbau atau nasi tumpeng dijadikan rebutan untuk dimintai berkahnya, dukun dan paranormal ramai-ramai beriklan di televisi dan majalah-majalah, maka hati siapakah yang miris? Hati siapakah yang menjadi benci, marah, dan murka? Siapakah yang berteriak lantang untuk mengingkari itu semua? Demikianlah, kemarahan dan

Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 3)

Gambar
Baca pembahasan sebelumnya  Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 2) Daftar Isi   :   1.   Salah Satu Konsekuensi Kalimat Tauhid 2.   Hikmah Wajibnya Perkara Al-wala’ dan Al-bara’ 3.   Konsekuensi Rasa Cinta pada Allah Ta’ala 4.   Salah Satu Syarat Sahnya Persaksian “laa ilaaha illallah” 5.   Catatan Kaki Salah Satu Konsekuensi Kalimat Tauhid Al-wala’  dan  al-bara’   merupakan salah satu konsekuensi  laa ilaaha illallah Membenci dan memusuhi syirik, sangat terkait dengan aqidah yang saat ini telah banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin, yaitu aqidah  al-wala’ wal bara’.  Padahal di antara konsekuensi kalimat syahadat adalah seseorang mewujudkan aqidah  al-wala’ wal bara’   ini.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  rahimahullah  menjelaskan bahwa pada asalnya,  al-wala’  berarti cinta dan dekat, sedangkan  al-bara’   berarti benci dan jauh.  [1] Se

Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 2)

Gambar
Baca pembahasan sebelumnya  Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 1) Daftar Isi   1.   Membenci dan Memusuhi Syirik 2.   Syarat Terwujudnya Islam Seseorang 2.1.   1. Berserah Diri Hanya Pada Allah 2.2.   2. Tunduk Patuh Pada Allah 2.3.   3. Berlepas Diri dari Kesyirikan dan Pelakunya 3.   Catatan Kaki Membenci dan Memusuhi Syirik  Bersihnya  tauhid  yang kita miliki haruslah disertai dengan kebencian, permusuhan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya. Apabila kita tidak membenci dan memusuhi perbuatan syirik dan pelakunya atau bahkan ridha serta merasa tenang-tenang saja dengannya, maka ketahuilah bahwa tauhid kita belum bersih dan harus dibenahi lagi. Bahkan, para ulama menjadikan berlepas diri dari kesyirikan dan para pelakunya sebagai

Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 1)

Gambar
  Daftar Isi     sembunyikan 1.   Janji Surga bagi Ahli Tauhid 2.   Membersihkan Tauhid 3.   Bagaimana Jalan untuk Membersihkan Tauhid? Sungguh merupakan suatu kebahagiaan apabila kelak kita dapat  tinggal di surga  dan merasakan segala kemewahan yang ada di dalamnya. Merasakan berbagai kenikmatan yang sebelumnya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga atau bahkan tidak pernah terbetik dalam hati setiap manusia. Merasakan nikmatnya sungai dari susu dan madu, mendapatkan isteri yang cantik jelita, diberi umur muda dan hidup kekal, abadi selama-selamanya. Dan kenikmatan yang lebih dari itu semua, kita dapat memandang wajah Allah  Ta’ala,  pandangan yang menyejukkan mata-mata kita dan dapat membuat kita lupa dengan berbagai kenikmatan lainnya yang telah kita rasakan. Duhai … siapakah yang tidak ingin merasakannya? Lalu bagaimana kita dapat meraihnya? Baca Juga:  Inilah Keadilan