Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Salahkah Ucapan “Subhaanallah” Ketika Kagum/Takjub?

Gambar
  Alhamdulillah .   Asshalaatu wassalaamu ‘ala nabiiyihi alkariim . Beberapa tulisan di dunia maya menyebutkan kelirunya ungkapan “ subhaanallah ” ketika seseorang takjub atau kagum terhadap sesuatu. Pernyataan yang benar,  insya Allah , bahwa salah satu ungkapan yang dilirihkan seorang muslim ketika takjub atau kagum terhadap sesuatu adalah ungkapan ‘subhaanallah’. Berikut beberapa dalilnya, Daftar Isi   : 1.   Dalil pertama 2.   Dalil kedua 3.   Kesimpulan Dalil pertama إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang ya

Hukum Ucapan “Masya Allah Tabaarakallah”

Gambar
  Soal: Bolehkah seseorang mengucapkan  “masyaAllah tabaarakallah”  ketika melihat hal yang membuat ia kagum? Asy Syaikh Abdurrahim bin Abdillah As Suhaim*)  hafizhahullah  menjawab: وقول : ما شاء الله تبارك الله ، له أصل في السُّـنَّـة ، وذلك أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لعامر بن ربيعة رضي الله عنه : هلاّ إذا رأيت ما يُعجِبك بَرَّكْتَ ؟ رواه الإمام أحمد . وفي رواية للنسائي في الكبرى : ألا بَرَّكْتَ ؟ إن العين حق . Perkataan  “masyaAllah tabaarakallah”  memiliki landasan dari As Sunnah. Karena Nabi  Shallallahu’alaihi Wasallam  berkata kepada Amir bin Rabi’ah  radhiallahu’anhu :  “mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan ketika melihat hal menakjubkanmu?”  (HR. Ahmad) . Dalam riwayat An Nasa-i dalam Al Kubra menggunakan lafadz: “ mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Karena ‘ain itu benar adanya “ فهذا يدل على أن المشروع للإنسان إذا رأى ما يُعجِبه مِن ماله أو ولده أن يقول : ما شاء الله لا قوة إلا بالله . وإذا رأى ما لغيره أن يقول : ما شاء الله تبارك الله . أو يَذكر الله عموما

Al Khabir, Maha Mengetahui Perkara Yang Tersembunyi

Gambar
  Bismillah, washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah. Tak kenal, maka tak sayang. Tak sayang, tanda tak cinta. Begitulah ungkapan yang cukup populer sebagai pengukur kecintaan seseorang terhadap sesuatu. Dan ungkapan ini memang benar. Karena nyatanya rasa sayang kita tidak pernah tumbuh terhadap sesuatu yang tidak kita kenal. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa tidak ada sesuatu yang boleh kita cintai melebihi cinta kita kepada Allah  Ta’ala . Untuk itu, sudah sepantasnya kita berusaha mengenal Allah  Ta’ala  melalui nama-nama-Nya sebagai langkah awal dalam memupuk rasa cinta kita kepada-Nya. Dan kali ini, kita akan mengenal salah satu dari nama-nama Allah, yaitu “Al-Khabir”. Daftar Isi   : 1.   Definisi “Al-Khabir” 2.   Dalil-dalil yang menunjukkan Al-Khabir sebagai nama Allah Ta’ala 2.1.   Dalil dari Al-Qur’an 2.2.   Dalil dari Hadis

Menjawab Salam Pada Media Sosial

Gambar
  Pertanyaan بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه Menjawab salam itu wajib, bagaimana dengan menjawab salam di WhatsApp, sms, media tulis lainnya yang hanya secara tertulis. Apakah cukup dgn *niat dihati* menjawab salam, atau harus dibarengi pula dgn *lisan* kitapun melafadzkan salam? جَزَاك الله خَيْرًا (Umm Abdullah, admin BiAS) Jawaban وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ بِسْـمِ اللّهِ Alhamdulillāh Washshalātu wassalāmu ‘alā Rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in Pembahasan menjawab salam adalah pembahasan yang luas, penting namun sering diremehkan. Padahal salam adalah poin pertama yang dibahas dalam hadits nabi sholallohu ‘alaihi wasallam tentang 6 hak sesama muslim. Dan menjawab salam ini juga ada kajian fiqhnya, dimulai dengan dengan kepada siapa saja kita mengucapkan salam, siapa yang seharusnya mendahului salam, cara membalas salam, dan hukum menjawab salam bagi jama’ah. Dan terkait dengan per

Lebih Utama Memulai Chat dengan Basmalah atau Salam?

Gambar
Akibat perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam satu abad terakhir ini, banyak permasalahan kontemporer muncul di tengah-tengah umat yang belum pernah dijumpai pada abad sebelumnya. Di antara contoh yang sangat tersebar luas hari ini adalah telepon dengan segala fiturnya, yang membuat kita bisa berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain melalui panggilan telepon, menuliskan pesan dalam bentuk SMS ataupun chat, serta berselancar di dunia maya menggunakan jaringan internet. Baca Juga:  Tidak Boleh Memulai Salam Kepada Orang Kafir ? Setiap ada masalah baru yang muncul, para ulama’ akan berusaha menentukan hukum fikih yang terkait dengannya. Misalnya, ketika fasilitas komunikasi jarak jauh bisa kita nikmati dengan melakukan panggilan telepon, para ulama’ menjelaskan bahwa hukum-hukum tentang berkunjung, meminta izin, berbicara, dan bercakap-cakap dengan orang lain dapat diterapkan kepadanya. Syaikh Bakr Abu Zaid  rahimahullah  berkata, فإن آداب الهاتف الشرعية مخرجة فقها على آداب الزي