Postingan

3 Rangkaian Dosa: Buruk Sangka, Tajassus dan Ghibah

Gambar
  Allah  Ta’ala  mengingatkan kita tentang adanya tiga rangkaian dosa yang bisa jadi kita terjatuh di dalamnya tanpa sadar. Allah  Ta’ala  berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ “Hai orang-orang yang beriman,  jauhilah kebanyakan prasangka  (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.  Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.  Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Hujuraat [49]: 12) Renungkanlah ayat ini, ketika Allah  Ta’ala  menyebutkan tiga rangkaian dosa, yaitu  su’udzan  (buruk sangka tanpa das

Hukum Ghibah Kepada Non Muslim

Gambar
  Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Soal: Tolong jelaskan kepada kami, apakah ghibah (menggunjing) kepada non muslim sama seperti ghibah kepada seorang muslim? Jawab: Alhamdulillah.. Pertama , mengucapkan kejelekan dengan lisannya bukanlah akhlak seorang muslim, Nabi  shallallahu ‘alaihi wa  sallam bersabda, لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلا اللَّعَّانِ وَلا الْفَاحِشِ وَلا الْبَذِيءِ “ Muslim bukanlah seorang yang banyak mencela, melaknat, berkata jorok dan jelek .” (HR. Tirmidzi dan beliau berkata, “hadits hasan gharib”, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Albani). Barangsiapa yang sering melakukan suatu perbuatan maka lambat laun perbuatan tersebut akan menjadi kebiasaan, maka hendaknya seorang muslim menjauhi pintu-pintu kejelekan baik yang besar maupun kecil, barangsiapa yang mendekati tempat terlarang maka ia dikhawatirkan akan terjatuh kedalamnya. Kedua , Jika pertanyaan tentang ghibah kepada non muslim ini terkait dengan menyebutkan aib fisik seperti hidungnya yang pa

Membicarakan Keburukan Penguasa, Apakah termasuk Ghibah?

Gambar
  Fatwa Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan  hafidzahullahu Ta’ala Pertanyaan: Apakah membicarakan urusan kenegaraan dan kondisi masyarakat dapat dianggap sebagai  ghibah , sampai-sampai seandainya seseorang itu mencela (mencaci) aib dan kejelekan penguasa? (dengan kata lain, apakah  ghibah  itu hanya dilarang jika yang di- ghibah  adalah rakyat atau manusia biasa seperti kita, sedangkan jika kita meng- ghibah  penguasa itu diperbolehkan? –pen.) Jawaban: Perbuatan ini termasuk  ghibah,  bahkan termasuk jenis  ghibah  yang paling parah (paling jelek). Hal ini karena membicarakan (kesalahan) penguasa dan  ulil amri  akan menimbulkan  suu’dzan  (buruk sangka) terhadap penguasa kaum muslimin dan merendahkan kedudukan mereka di hadapan masyarakat. Dan terkadang akan menimbulkan kebencian pada sebagian masyarakat dan (menimbulkan) dendam tersembunyi terhadap  ulil amri,  sehingga akan terjadi perpecahan. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, الدِّينُ النَّصِيحَةُ “Agama ada

Membuka Aib Saudara

Gambar
  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat. Suatu kenikmatan bagi seseorang bisa berbicara, bercerita dengan keluarga, bercanda dengan sanak saudara, dan tertawa bersama tetangga. Bersamaan dengan hal itu, ada hal yang harus kita sadari bahwa kenikmatan apapun yang telah Allah  Ta’ala  berikan kepada hamba tentu tidak diberikan hanya untuk bersuka ria, apalagi untuk membuahkan dosa. Begitu pula dengan nikmat lisan. Allah  Ta’ala  berfirman, أَلَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ عَيۡنَيۡنِ ٨ وَلِسَانًا وَشَفَتَيۡنِ “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua buah bibir?”   (QS. Al Balad: 8 – 9) Daftar Isi   : 1.   Antara Lisan dan P